Selasa, 21 Desember 2010

KEPRIBADIAN DAN GAYA HIDUP

NAMA ; SHINTA LESTARI
KELAS :3EA04
NPM;11208161

A. KEPRIBADIAN
1. Pengertian kepribadian
Banyak para ahli yang mendefinisikan kepribadian. Salah satu yang paling penting
menurut Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari
sistem psiko-fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran indvidu
secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia.
Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah
melalui proses pembelajaran atau melalui pengalaman-pengalaman, reward,
punishment, pendidikan dsb. Misalnya seorang pemalas setelah masuk AKPER
menjadi rajin, maka kepribadiannya berubah. Perilaku SMA berubah menjadi perilaku
mahasiswa AKPER
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun
dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala
rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini
merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian
tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya
dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin
matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992).
Dalam bahasa latin asal kata personaliti dari persona (topeng), sedangkan dalam ilmu
psikologi menurut, Gordon W.Allport : suatu organisasi yang dinamis dari sistem
psiko-fisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara
khas. Interaksi psiko-fisik mengarahkan tingkah laku manusia
Berdasarkan pengertian di atas maka corak perilaku individu dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan akan berbeda-beda. Misalnya corak perilaku mahasiswa AKPER
dalam mengisi waktu luang atau saat tidak ada dosen menunjukan seperti apa
kepribadiannya. Ada mahasiswa yang ngobrol, ada mahasiswa yang cenderung
makan, ambil air wudlu untuk sholat, memakai-maki dosen dan pendidikan, ada yang
segera pulang atau pergi ke perpustakaan. Semua perilaku tersebut bersipat khas
artinya hanya dimiliki oleh individu itu. Meskipun orang lain memiliki perilaku yang
sama mungkin pemaknaannya berbeda. Misalnya ada yang makan karena belum
sarapan, ada yang makan karena kesal menunggu, ada yang makan karena ikut teman
atau makan karena mengisi waktu saja.
Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat yang memang khas
dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari
bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan dari keluarga
pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang
disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat
psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik. Tersedia dalam
http://www.telaga.org/ringkasan.php?kepribadian.htm
Maksud bentukan keluarga dalam hal ini adalah kata-kata apakah yang sering
dikatakan oleh orang tuanya. Pujian apa yang sering didengar, hukuman apa yang
sering dialami berkaitan dengan satu perilaku di rumah. Motivasi apa serta contoh apa
yang diperlihatkan keluarganya. Semua itu akan membentuk kepribadian seseorang.
Misalnya saat listrik mati ada ayah yang mengatakan : “awas ada hantu”, ada ayah
yang mengatakan “cepat siapkan lampu pengganti”, ada orang tua yang pergi ke luar,
ada orang tua yang langsung tidur, ada juga yang menganjurkan berdo’a dan ambil air
wudlu. dsb. Semua stimulus kita dapatkan sejak lahir baik dari kakak, ayah, ibu,
teman, televisi dsb. Semua akan mempengaruhi cara kita bersikap terhadap sesuatu.
Pada saat itulah kepribadian terbentuk. Selanjutnya melalui proses yang tidak
sederhana akan berinteraksi dengan bentuk fisik seperti kurus, pendek, gemuk, lobus
otak, pembuluh darah, jantung dan atribut psikologis misalnya sabar, pemarah,
cerewet, agresif dsb.
Personality is : the complex of all the attributes-behavioral, temperamental, emotional
and mental--that characterize a unique individual; "their different reactions reflected
their very different personalities"; "it is his nature to help others tersedia dalam
http://dict.die.net/personality/personality
Pengertian di atas merujuk pada ciri-ciri perilaku yang kompleks terdiri dari
temperamen (reaksi emosi yang cenderung menetap dalam merespon situasi atau
stimulus lingkungan secara spontan), emosi yang bersipat unik dari individu. Reaksi
yang berbeda dari masing-masing individu menunjukan perbedaan kepribadian.
Dalam konsep text book yang lain digambarkan Personalities is :
1. The quality or condition of being a person.
2. The totality of qualities and traits, as of character or behavior, that are peculiar to
a specific person.
3. The pattern of collective character, behavioral, temperamental, emotional, and
mental traits of a person: Though their personalities differed, they got along as
friends.
4. Distinctive qualities of a person, especially those distinguishing personal
characteristics that make one socially appealing: won the election more on
personality than on capability. See Synonyms at disposition.
a. A person as the embodiment of distinctive traits of mind and behavior.
b. A person of prominence or notoriety: television personalities.
6. An offensively personal remark. Often used in the plural: Let's not engage in
personalities.
7. The distinctive characteristics of a place or situation: furnishings that give a room
personality.
tersedia dalam http://www.yourdictionary.com/ahd/p/p0209600.html
Personality is reflected by a person’s capacity and skill in managing activities of daily
living. Individual responses and interactions to internal and external environmental
demands are influenced by constant interplay of genetic , neurobiological and
psychological factors. (Deborah Antai otong, 1995:288)
Pengertian di atas berfokus pada cara-cara individu dan keterampilan individu dalam
memanfaatkan waktunya setiap hari. Kebiasaan dalam memanfaatkan waktu setiap
hari tersebut merupakan hasil interaksi antara genetik, kondisi otak, persyarafan dan
faktor psikologis.
Berdasarkan pengertian di atas bila kita ambil contoh, waktu jam 5 pagi sampai jam 9
pagi akan menghasilkan prestasi yang berbeda tergantung pada kepribadian orang itu.
Misalnya ;
Mahasiswa A : bangun dan minum kopi, pergi kuliah
Mahasiswa B ; bangun sholat, mandi, kuliah
Mahasiswa C : bangun, mandi, sholat, sarapan, dengar berita, membersihkan rumah,
olah raga, baca buku, pergi kuliah dan ke perpustakaan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka ada beberapa kata kunci yang dapat
dirumuskan dalam menguraikan kepribadian yaitu : Cara seseorang berespon terhadap
masalah, bersipat unik, dinamis, yang merupakan hasil interaksi fisik/genetik,
environment, emosional, cognition, serta menunjukan cara individu dalam mengelola
(management) waktunya.
Gambar A.1. Skema ciri dan kata kunci kepribadian. Iyus Yosep (2007)
2. Penggolongan manusia berdasarkan kepribadiannya.
Penggolongan manusia berdasarkan beberapa kriteria tertentu sangatlah sulit.
Kendalanya terletak pada heterogenitas dan keunikan sipat manusia. Tidak ada satu
manusiapun yang dapat dianggap memiliki sipat yang sama kemudian dikelompokkan
berdasarkan sipat itu. Selain itu manusia bersipat dinamis dan berubah-ubah sesuai
hasil belajar dan kondisi lingkungan. Meskipun ia orang kembar sangatlah sulit untuk
menganggap satu kelompok kepribadian. Ilmu pengetahuan hanya bisa melakukan
pendekatan agar beberapa ciri yang agak mirip dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok kepribadian. Kepribadian adalah ciri, karakteristik, gaya atau sifat-sifat
yang memang khas dikaitkan dengan diri kita. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu
bersumber dari bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya
bentukan dari keluarga pada masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa
sejak lahir. Jadi yang disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal
yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik. Dalam ilmu
keperawatan hal ini dikenal dengan istilah holistic (Biopsikososiospiritual).
Dynamic Unique
Response to problem Time management
Interact
Bio,psyco,sos,spirit,environ
PERSONALITY
Berdasarkan aspek biologis :
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates membagi kepribadian menjadi 4 kelompok besar
dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan memberikan pengaruh kepada
individu tersebut. ( 4 jenis cairan tubuh), pembagiannya meliputi : empedu kuning
(choleris), empedu hitam (melankolis), cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis).
The Greek philosophers explained much of personality in terms of the amounts of the four .
blood, indicative of enthusiasm ("sanguine" types).
black bile, standing for depression (the "melancholic" type).
yellow bile for anger (the "choleric" types).
phlegm for apathy (the "phlegmatic" type).
a. Sanguin, sanguin adalah orang yang gembira, yang senang hatinya, mudah untuk
membuat orang tertawa, dan bisa memberi semangat pada orang lain. Tapi
kelemahannya adalah dia cenderung impulsive, yaitu orang yang bertindak sesuai
emosi atau keinginannya.
b. Plegmatik, tipe plegmatik adalah orang yang cenderung tenang, dari luar cenderung
tidak beremosi, tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Naik turun emosinya
itu tidak nampak dengan jelas. Orang ini memang cenderung bisa menguasai dirinya
dengan cukup baik, ia intorspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap
dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Kelemahan orang
plegmatik adalah ia cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah, sehingga suka
mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang.
c. Melankolik, Tipe melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling
bagus, yang paling sempurna dan dia memang adalah seseorang yang mengerti
estetika keindahan hidup ini. Perasaannya sangat kuat, sangat sensitif maka kita bisa
menyimpulkan bahwa cukup banyak seniman yang memang berdarah melankolik.
Kelemahan orang melankolik, ia mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup
sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung.
d. Kolerik. Seseorang yang kolerik adalah seseorang yang dikatakan berorientasi pada
pekerjaan dan tugas, dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat
tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan akan
bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang yang berciri
kolerik adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain
(empati), belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena
perasaannya kurang bermain.
Sedangkan Menurut Shelldon dan Kretchmer kepribadian didasarkan pada (bentuk tubuh)
: endomorf, mesomorf dan ektomorf. Kepribadian menurut hipocrates mendasarkan pada
reaksi tubuh atau dampak fisiologis tubuh akibat dari adanya 4 kelompok cairan tubuh
tersebut.
Berdasarkan aspek psikologis :
Menurut Jung kepribadian dikategorikan menjadi ; introvert dan ekstrovert, sedangkan
Heymans membagi menjadi : emosialitet, aktivitet dan sekunder.
Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian :
1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda,
Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas,
rentang atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset
tahun 2007 kazuo Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi
dan diaktivasi pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.
2. Faktor lingkungan
Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan
pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat
mempengaruhi kepribadian.
Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan : kegagalan anak membentuk perlekatan
yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan
dengan ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang lain pada masa dewasa
(Bowlby , 1973).
2. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo Murakami, Ph.D dari
Jepang dalam bukunya The Divine message of the DNA. Menyimpulkan bahwa
kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam sel tubuh manusia. Gen
tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak aktip dan yang bersipat aktip. Bila
kita sering menyalakan gen yang tidur dengan cara positif thinking maka kepribadian dan
nasib kita akan lebih baik. Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak
dapat dirubah.
Setiap orang yang diciptakan Tuhan sudah dilengkapi dengan kepribadian. Kepribadian itu
sebetulnya adalah sumbangsih atau pemberian Tuhan ditambah dengan pengaruh lingkungan
yang kita terima atau kita alami pada masa pertumbuhan kita. Sumber:
http://www.okezone.com. Ada beberapa ahli yang beranggapan bahwa segalanya telah
diprogram dalam genetik. Beberapa ahli lain menyatakan bahwa faktor belajar dan
lingkungan memegang peranan yang sangat menentukan. Perpaduan kedua faktor itu
dinamakan Anna Anastasia, dimana keduanya membentuk kepribadian manusia.
John L Holland, seorang praktisi yang mempelajari hubungan antara kepribadian dan minat
pekerjaan, mengemukakan bahwa ada enam tipe atau orientasi kepribadian pada manusia.
1. Tipe realistik .
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan kegiatan sistematis, seperti Mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini tidak hanya membutuhkan keterampilan,komunikasi, atau hubungan dengan orang lain, tetapi dia memiliki fisik yang kuat. Bidangkarier yang cocok, yaitu perburuhan, pertanian, barber shop, dan konstruski.
2. Tipe intelektual/investigative .
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung pemikir daripada pelaku tindakan,senang menganalis, dan memahami sesuatu. Biasanya menghindari hubungan sosial yangakrab. Tipe ini cocok bekerja di laboratorium penelitian, seperti peneliti, ilmuwan, ahlimatematika.
3. Tipe sosial.
Senang membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia menyenangi kegiatan yang melibatkankemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnyA Kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains. Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar,konselor, pekerja sosial, guide, dan bartender.
4. Tipe konvensional.
Menyukai pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya, mengolah data dengan aturan
tertentu. Pekerjaan yang sesuai, yaitu sekretaris, teller, filing, serta akuntan.
5. Tipe usaha/enterprising.
Cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya
untuk memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau
gagasan. Tipe ini sesuai bekerja sebagai sales, politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.
6. Tipe artistik .
Cenderung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai struktur atau aturan, lebih
menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia mengekspresikan diri. Karier yang sesuai,
yaitu sebagai musisi, seniman, dekorator, penari, dan penulis.
3. Struktur kepribadian manusia
Struktur kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri
seseorang secara psikologis. Salah satu contoh struktur kepribadian yang paling tua
gagasannya adalah menurut Sigmund Frued tokoh psikoanalisa. Berdasarkan beberapa
penelitian pada klien yang mengalami masalah kejiwaan ia menyimpulkan bahwa diri
manusia dalam membentuk kepribadianya terdiri atas 3 komponen utama yaitu Das es,
das ich, das Uber Ich istilah lainnya id, ego, super ego. Untuk memudahkan pemahaman,saya sering menamakan kalau id artinya nafsu atau dorongan-dorongan kenikmatan yangharus dipuaskan, bersipat alamiah pada manusia. Ego sering saya analogikan sebagaikemampuan otak atau akal yang membimbing manusia untuk mencari jalan keluarterhadap masalah melalui penalarannya. Super Ego sering saya analogikan sebagai norma,aturan, agama, norma sosial.

Strategi Targeting

NAMA : SHINTA LESTARI
KELAS :3EA04
NPM :11208161

STRATEGI TARGETING

Targeting sesungguhnya adalah strategi mengalokasikan sumber daya perusahaan secara efektif. Karena sumber daya Anda selalu terbatas. Ini menyangkut bagaimana Anda melakukan ‘fitting’ perusahaan Anda ke dalam segmen target market yang Anda pilih.
Sekedar mengulas sekilas mengenai konsep targeting, biasanya ada tiga kriteria yang harus dipenuhi perusahaan mana pun pada saat mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang mau dibidik. Yang pertama adalah memastikan bahwa segmen pasar yang Anda pilih itu cukup besar dan cukup menguntungkan bagi perusahaan. Selain itu pula dilihat betapa potensi pertumbuhan pasarnya. Mungkin sebuah pasar saat ini ada yang kecil dari segi ukurannya, namun ke pertumbuhannya pesat sehingga ke depannya berpotensi untuk menjadi pasar yang besar.
Kriteria kedua adalah strategi targeting ini harus didasarkan pada keunggulan kompetitif perusahaan yang bersangkutan. Keunggulan kompetitif merupakan cara untuk mengukur apakah perusahaan itu memiliki kekuatan dan keahlian yang memadai untuk mendominasi segmen pasar yang dipilih.

Kriteria ketiga adalah bahwa segmen pasar yang dibidik itu harus didasarkan pada situasi persaingannya. Anda harus mempertimbangkan situasi persaingan yang secara langsung atau tak langsung mempengaruhi daya tarik target segment Anda.
Dengan menggunakan beberapa kriteria utama ini Anda harus menemukan kesesuaian atau fit perusahaan dengan segmen pasar yang tepat. Itulah penjelasan singkat tentang targeting dalam legacy marketing.
Dari penjelasan di atas, sudah terlihat betul bahwa praktek targeting tidak lagi relevan di era New Wave ini. Kenapa? Pertama, alasan yang paling mendasar adalah karena prinsip targeting tidak sejalan dengan nilai horisontal. Targeting adalah langkah yang dilakukan oleh perusahaan. Jadi, suka-tidak suka, setuju-tidak setuju, seseorang bisa menjadi target market sebuah perusahaan.
Karena dunia semakin horisontal, konsumen dan pemasar menjadi sejajar. Konsumen tidak (mau) lagi diperlakukan sebagai target untuk dibidik atau objek pemasaran, namun sebagai subjek, sebagai manusia yang sama dengan Anda, sebagai mahluk yang immuned alias kebal terhadap bidikan pemasar.
Kedua, langkah strategi awal yang dilakukan oleh perusahaan di era New Wave ini bukan lagi sekedar mensegmen atau memetakan kelompok konsumen (segmentation), namun melakukan praktek komunitisasi (communitization). Artinya kita melakukan eksplorasi dan meninjau lebih dalam komunitas konsumen yang sekiranya pas untuk diajak berhubungan secara horisontal dan strategis. Setelah terlihat komunitas-komunitas konsumen yang ada, langkah selanjutnya adalah melakukan confirming bukan targeting.
Kriteria dalam Confirming the Community
Seperti yang telah dijelaskan di atas, praktek targeting yang dilakukan pada era legacy bersandar pada tiga kriteria yaitu ukuran dan pertumbuhan pasar, situasi persaingan, dan keunggulan daya saing.
Kalau Targeting berubah menjadi Confirmation, dan praktek targeting the segment berubah menjadi confirming the community, kriteria apa yang lantas harus dilakukan oleh pemasar? Di sini ada tiga hal yang menjadi utama: relevance, active level, dan number of community network.
Relevance maksudnya adalah kesamaan tujuan (purposes), nilai-nilai (values), dan ketertarikan (interest) atau PVI yang ada di dalam komunitas tersebut dengan karakter perusahaan.
Active Level berarti seberapa besar tingkat keaktifan komunitas tersebut. Apakah di dalam komunitas tersebut anggotanya memang aktif, atau malah isinya cuma daftar nama saja. Kalau yang terakhir ini namanya bukan komunitas, namun database.
Number of Community Network maksudnya adalah berapa banyak jaringan yang dimiliki atau yang potensial bisa terjadi antara suatu komunitas dengan komunitas lainnya. Jadi bukan sekadar berapa banyak jumlah anggota komunitas tersebut.
Di lihat dari sana, relevansi apakah PVI suatu komunitas dengan karakter si perusahaan menjadi yang terpenting. Bukan berarti active level dan community network tidak penting. Keduanya tetap penting, hanya saja tidak dapat porsi bobot seberat relevansi PVI. Bisa saja sebuah komunitas jumlah anggotanya banyak, pertumbuhan jumlah anggotanya juga terus meningkat. Namun, jika ternyata komunitas tersebut tidak punya relevansi yang sama dengan kita alias tidak punya interest dan values yang sama, maka buat apa kita bergabung dengan komunitas tersebut. Kita juga akan sulit diterima anggota komunitas lainnya karena memang tidak ada kesamaan.
Ketiga kriteria tersebut pada dasarnya adalah langkah yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengeksplor komunitas yang telah berdiri. Jika tidak ditemukan komunitas yang relevan seperti ini, pada akhirnya perusahaan selalu dapat membentuk komunitasnya sendiri. Tentunya komunitas yang sifatnya ”by-design” seperti ini dari sejak awal dapat diarahkan untuk menjadi komunitas yang dapat merefleksikan karakter merek perusahaan, yang mana beranggotakan orang-orang yang memiliki PVI yang sama pula sejalan dengan PVI dan karakter perusahaan.
Sumber : www.kompas.com

TEORI KEPRIBADIAN

NAMA : SHINTA LESTARI
KELAS : 3EA04
NPM : 11208161

KEPRIBADIAN TIPE A DAN B

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian mempunyai banyak pengertian yang disebabkan dalam penyusunan teori,
penelitian, dan pengukuran dari beberapa ahli.
Menurut Kartono (1979: 8) kata personality berasal dari bahasa latin persona yang artinya
kedok atau topeng. Topeng ini biasanya digunakan oleh pemain teater Yunani untuk
memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter tertentu. Personality juga berasal dari
personare yang artinya menembus, maksudnya dengan menggunakan topeng dapat menembus keluar untuk mengekspresikan satu bentuk tingkah laku tertentu. Pesona merupakan gambaran salah satu bentuk atau tipe individu tertentu.
Jung (dalam Kartono, 1979: 8) menyatakan pesona itu merupakan topeng bagi individu
sepanjang hidupnya yang berfungsi sebagai benteng pelindung untuk menutupi dan melindungi
diri sendiri agar mempunyai penampilan yang menyenangkan dan lebih baik.
Allport (Suryabrata, 1995: 248) kepribadian adalah organisasi dinamis dan sistem
psikofisik individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas.
Kepribadian juga merupakan sesuatu yang terdapat dalam diri individu yang membimbing dan memberi arahan pada tingkah laku individu.
Attkinson dkk (1987: 258) mendefinisikan kepribadian sebagai pola pikiran, emosi dan
perilaku yang berbeda dan karakteristik yang menentukan gaya personal inidividu dan
mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan.
Sullivan (Suryabrata, 1995: 260) menyatakan kepribadian merupakan pola yang relatif
dari situasi hubungan antara pesan yang ditandai kehidupan manusia, kepribadian ini tidak dapat dipisahkan dari situasi hubungan individu dengan orang lain. Menurutnya tingkah laku yang bersifat sosial juga dapat dianggap sebagai kepribadian.
Dari beberapa pengertian kepribadian dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan
suatu pola yang mengatur tingkah laku individu yang bersifat cenderung menetap dalam kurun waktu yang relatif lama, bersifat unik, individual dan kompleks.

2. Pengertian Kepribadian Tipe A dan B
Pengertian kepribadian tipe A dan B pertama kali diperkenalkan oleh Frieldman dan Ray
Rosenman. Mereka menyimpulkan bahwa orang yang mempunyai kepribadian tipe A sangat kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, merasa waktu selalu mendesak, sulit untuk bersantai dan menjadi tidak sabar dan marah jika berhadapan dengan keterlambatan atau dengan orang yang dipandang tidak kompeten. Walaupun tampak dari luar tipe A sebagai orang yang percaya diri, namun mereka cenderung mempunyai perasaan keraguan diri yang terus-menerus dan itu memaksa mereka untuk mencapai lebih banyak dan lebih banyak lagi dalam waktu yang lebih cepat. Secara lebih detail Frieldman dan Rosenman (dalam Attkinson, 1987: 375)
menyebutkan ciri tipe kepribadian A adalah sebagai berikut:
a. Memikirkan dan melakukan dua hal sekaligus
b. Menjadwalkan semakin banyak aktivitas dalam waktu yang semakin sempit
c. Tidak memperlihatkan atau tidak tertarik terhadap lingkungan atau keindahan
d. Menyuruh orang lain berbicara dengan cepat
e. Sangat tidak sabar jika harus mengantri atau menyetir mobil dibelakang kendaraan yang jalannya lambat
f. Selalu menggerakkan tangan ketika berbicara
g. Sering menggoyang-goyangkan kaki dan mengetuk-ngetukkan jari
h. Pola bicara yang eksplosif dan sering berbicara cabul
i. Menjadikan selalu datang tepat waktu sebagai pemujaan
j. Sulit untuk duduk saja tanpa melakukan apapun
k. Bila bermain ingin selalu menang, walaupun bermain dengan anak-anak
l. Menilai kesuksesan diri sendiri dan orang lain dengan membandingkan jumlah (jumlah
pasien yang datang, artikel yang ditulis dan sebagainya)
m. Bila bicara sering membasahi bibir, mengangguk-anggukkan kepala, menggenggam tangan,
memukul meja atau menghela nafas
n. Tidak sabar melihat orang lain mengerjakan hal-hal yang menurut anda dapat dilakukan lebih
cepat dan baik
o. Suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis
Sedangkan orang dengan tipe kepribadian B lebih mampu bersantai tanpa merasa
bersalah dan bekerja tanpa melihat nafsu, tidak harus tergesa-gesa yang menyebabkan
ketidaksabaran dan tidak mudah marah.
Kepribadian tipe A cenderung mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan ambisius,
berbicara dengan cepat, suka menyela pembicaraan orang lain dan sering terperangkap dalam kemarahan yang luar biasa. Sedangkan tipe B cenderung tidak memiliki sifat yang ada pada tipeA (Lucas & Wilson, 1992: 82) Hanson (1986: 198-2000) memberikan uraian tentang karakteristik kepribadian tipe Adan tipe B, tipe A mempunyai ciri-ciri terburu-buru dalam menentukan sesuatu, asertif, senang dengan persaingan, perfeksionis, ambisi dan polyphasic. Sedangkan tipe B mempunyai ciri-ciri lebih santai dalam melakukan sesuatu, lebih sabar menunggu, kurang asertif, menghindari persaingan, non perfeksionis, kurang ambisi dan non polyphasic. Menurut Harlock (1974), orang-orang yang mempunyai tipe keribadian A memperlihatkan kecenderungan agresif, cepat bosan, bicara dan berjalan dengan cepat, mempunyai persaingan yang tinggi, suka menyela pembicaraan orang lain yang ambisius. Sedangkan tipe kepribadian B menunjukkan karekteristik bersikap tenang, santai, tidak terlalu memaksa diri dalam bekerja, tidak suka bersaing dan lebih bisa memahami orang lain. (Sarwono,1998: 68)
Fieldman (1985: 1999) menyebutkan individu yang mempunyai kepribadian tipe A mempunyai ciri-ciri seperti berikut:
a. Gaya bicara tajam dan sangat agresif
b. Selalu makan, berbicara dan berjalan cepat
c. Tidak sabar terhadap orang yang lamban, suka memotong pembicaraam orang lain
d. Sering mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan (polyphasic)
e. Egois, hanya tertarik pada pembicaraan yang berhubungan dengan dirinya dan mencoba mengarahkan pembicaraan sesuai dengan kehendaknya
f. Merasa bersalah bila santai dan sulit tenang setelah selesai bekerja
g. Mengarah pada hal-hal yang sepatutnya dihargai
h. Tidak ada perhatian dan tidak bisa mengingat rincian suatu ruang
i. Bila disaingi tipe A lainnya akan terjadi keributan
j. Percaya bahwa keberhasilan dicapai dengan mengerjakan segala sesuatu lebih cepat, sehingga ia terus bekerja dengan cepat
Sedangkan tipe kepribadian B mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Gaya bicara lamban dan santai
b. Bebicara dan berjalan dengan santai
c. Sabar
d. Mengerjakan sesuatu pekerjaan satu persatu
e. Lebih bisa memahami orang lain
f. Bisa santai setelah selesai bekerja
g. Mengarah pada hal-hal yang memang patut dihargai
h. Selalu mengerjakan sesuatu tanpa memaksakan diri
i. Melakukan permainan untuk kesenangan, bukan kemenangan
j. Sulit untuk terus terang kerena takut menyakiti hati orang lain
Keiv & Kohan (dalam Baskorowati 1987: 62) menggambarkan tipe A sebagai individu
yang mempunyai derajat dan ambisi yang tinggi, dorongan yang kuat untuk mencapai hasil dan penghargaan kompetitif serta agresif, mempunyai kompulsif untuk bekerja berlebihan.
Sedangkan tipe B digambarkan sebagai individu yang santai
Arnold dan Fieldman (dalam Fieldman, 1990: 530-531) tipe A memiliki sifat yang
agresif, mau menetang terhadap yang lain untuk mendapatkan apa yg diinginkan, memiliki standart yang sangat tinggi terhadap dirinya sendiri, bekerja secara berlebihan dengan kecepatan yang luar biasa, suka bersaing dan selalu terpacu dengan waktu. Tipe B cenderung mempunyai perasaan yang tertekan. Bekerja dengan lamban, bicara dengan teratur dan santai, sabar dan memiilki daya saing yang rendah.
Dari berbagai pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa individu
dengan tipe kepribadian A cenderung agrasif, tidak sabar, perfeksionis, ambisi yang tinggi dan polyphastic. Sedangkan tipe B cenderung tidak agresif, sabar, non perfeksionis, ambisi yangrendah dan non polyphastic

3. Indikator Tipe Kepribadian A dan Tipe Kepribadian B

Tipe kepribadian Aspek Deskripsi
Tipe Kepribadian A Terburu-buru Dalam melakukan aktivitas
Ketidaksabaran Dalam menunggu
Persaingan Semangat kompetitif tinggi
Perfeksionis Melakukan sesuatu harus sempurna
Ambisius Keberhasilan dilihat kuantitatif
Polyphasic Mengerjakan dua hal dalam waktu yang sama
Asertif Bicara terus terang

Tipe kepribadian B Santai Melakukan aktivitas
Sabar Menunggu
Jiwa Persaingan kurang Kurang tertarik bersaing
Bukan Perfeksionis
Melakukan sesuatu sesuai kemampuan
Tidak Ambisius
Melakukan sesuatu tanpa memaksakan diri
Monophasic
Hanya bisa mengerjakan satu hal
Kurang Asertif
Sulit berterusterang , takut menyakiti perasaan

Sumber : http://psikologi.ar.id

syarat-syarat segmentasi yang efektif

nama : shinta lestari
kelas : 3ea04
npm : 11208161

SYARAT-SYARAT SEGMENTASI YANG EFEKTIF

A. Segmentasi
Menurut Kotler (2003 ):“Market segmentation is the process of breaking a heterogeneous group of potential buyer into smaller homogeneous groups of buyer, that is with relatively similar buying characteristics or needs”
( Dengan kata lain segmentasi pasar merupakan suatu aktivitas membagi atau mengelompokkan pasar yang heterogen menjadi pasar yang homogen atau memiliki kesamaan dalam hal minat, daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup.)
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa segmentasi memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan karena beberapa alasan:
- Pertama, segmentasi memungkin perusahaan untuk lebih fokus dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan membagi pasar menjadi segmen-segmen yang akan memberikan gambaran bagi perusahaan untuk menetapkan segmen mana yang akan dilayani. Selain itu segmentasi memungkin perusahaan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai peta kompetisi serta menentukan posisi pasar perusahaan.
- Kedua, segmentasi merupakan dasar untuk menentukan komponen-komponen strategi. Segmentasi yang disertai dengan pemilihan target market akan memberikan acuan dalam penentuan positioning.
- Ketiga, segmentasi merupakan faktor kunci untuk mengalahkan pesaing, dengan memandang pasar dari sudut yang unik dan cara yang berbeda dari yang dilakukan pesaing.


Pola Segmentasi Pasar
Menurut Kotler (2003) terdapat tiga pola segmentasi pasar. Pola ini digunakan untuk mengidentifikasai preferensi segmen. Pola tersebut adalah:

• Homogeneus preference (preferensi homogen)
Homogeneus preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang sama terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
• Diffused preference (preferensi yang menyebar)
Diffused preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang beragam terhadap suatu produk atau jasa yang ditawarkan
• Clustered preference (preferensi yang mengelompok)
Clustered preference merupakan pola yang menunjukkan bahwa konsumen memiliki preferensi yang berkelompok-kelompok. Dimana konsumen yang berada dalam satu kelompok memiliki kesamaan preferensi.


Prosedur Dan Proses Segmentasi Pasar
Menurut Kotler (2003) bahwa prosedur segmentasi ada tiga tahap yaitu:
1. Survey Stage
2. Analysis Stage
3. Profiling Stage
Dasar Segmentasi
Menurut Kotler (2003) ada dua cara yang dapat dijadikan dasar dalam segementasi pasar, yaitu
pertama consumen characteristic (karakteristik konsumen) yang merupakan variabel utama dalam segementasi yang terdiri dari :
• Segmentasi Geografi
• Demografi Segmentasi
• Psychographic segmentation
Kedua yaitu, consumer responses (respon konsumen) yang terdiri dari Benefit segmentation (segmentasi manfaat) yaitu pengelompokan yang di dasarkan kepada manfaat yang diharapkan konsumen dari suatu produk atau jasa, use occasion (saat pemakaian) dan Brand atau merek. Dengan ini konsumen akan dikelompokkan berdasarkan respon mereka terhadap produk atau jasa, seperti ada konsumen yang mementingkan kualitas dan ada konsumen yang mementingkan harga yang murah.

Syarat Segmentasi Yang Efektif
Menurut Kotler (2003) syarat segmentasi yang efektif adalah:

1. Measurable (terukur)
Measurable berarti segmen pasar harus dapat membantu perusahaan dalam mengukur potensi pasar, daya beli konsumen serta ukuran alokasi sumberdaya.
2. Substansial (banyak)
Substansial berarti segmen tersebut harus besar dan profitable untuk dilayani.
3. Accessible (dapat diakses)
Accessible berarti segemen tersebut harus mudah dijangkau untuk dilayani.
4. Differentiable (dapat dibedakan)
Differentiabel berarti segmen tersebut dapat dibedakan dengan jelas.
5. Actionable (dapat dilayani)
Actionable berarti segmen tersebut dapat dijangkau atau dilayani dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.



Manfaat Segmentasi
Weinstein (1994) mengemukan secara terperinci tentang 4 manfaat segmentasi, yaitu:
1. Designing responsive products to meet the needs of the marketplace. Melalui penelitian preferensi konsumen, perusahaan berjalan ke arah penyelesaian konsep marketing yaitu kepuasan konsumen yang akan membawa keuntungan. Perusahaan menempatkan konsumen sebagai yang utama, kemudian mendisain dan menyeleksi produk untuk kepuasan konsumen.
2. Determining effective and cost efficient promosional strategies. Segmentasi sebagai alat perencanaan merupakan alat identifikasi dan analisa yang berharga untuk mengembangkan communication mix, sehingga dapat dipilih alat promosi yang sesuai untuk menargetkan pada media yang tepat.
3. Evaluating market competition in partikular the companys market position. Riset segmentasi menyediakan a competitive intelegence mechanism untuk mengakses dan membandingkan perusahaan agar sesuai dengan standar.
4. Providing insight on present marketing strategies. Segmentasi sangat penting untuk melakukan evaluasi secara periodik terhadap marketing strategi perusahaan saat ini dengan cara memanfaatkan peluang baru dan menghindarkan dari adanya
potensi terhadap ancaman

B. Positioning
Menurut Milton M. Presley et al dalam Advertising procedure:
“Positioning product is the place your product occupies in consumers’ minds relative to competing products. Think brand image, benefit promise, and competitive advantage. It’s how you plan to compete in the marketplace. It’s the reasons customers should buy your product, and not the competitors”.
(Dengan kata lain posititioning adalah bagaimana sebuah produk dimata konsumen yang membedakannya dengan produk pesaing. Dalam hal ini termasuk barnd image, manfaat yang dijanjikan serta competitive advantage. Inilah alasan kenapa konsumen memilih produk suatu perusahaan bukan produk pesaing.)

Menurut Fanggidae, 2006, positioning “adalah suatu strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan perbedaan (differents), keuntungan (advantages), manfaat (benefit) yang membuat konsumen selalu ingat dengan suatu produk.”
( Dengan kata lain sebagai usaha menempatkan sesuatu dalam pikiran orang dengan terlebih dahulu memberikan informasi tentang segala sesuatu seperti fasilitas, program yang diberikan, dosen yang dimiliki dengan cara penyuguhan kualitas pelayanan dan bagaimana mempresentasikannya.)


- Cara Menentukan Positioning
Dalam menentukan positionig ada empat tahap yaitu: identifikasi target, menentukan frame of reference pelanggan (siapa diri), merumuskan point of differentiation — Mengapa konsumen memilih perusahaan, menetapkan keunggulan kompetitif produk — bisa dinikmati sebagai sesuatu yang beda (Kotler, 2003)

- faktor-faktor di bawah ini sebagai basis atau landasan penentuan positioning:
• Proposisi nilai dan manfaat yang dapat diberikan perusahaan
• Capaian yang telah dihasilkan perusahaan
• Segmen pasar dan pelanggan yang ditargetkan
• Atribut yang jadi keunggulan produk dan merk perusahaan
• Bisnis baru yang dimasuki
• Originalitas dan posisi sebagai perusahaan atau merek baru di pasar





mengkomunikasikan positionig sebuah produk perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor di bawah ini:

• Be creative
Be craetive maksudnya adalah bahwa perusahaan harus kreatif untuk mencuri perhatian konsumen atau target market.
• Simplicity
Simplicity maksudnya adalah komunikasi yang disampaikan harus sesederhana dan sejelas mungkin
• Consistent yet flexible
Consistent yet flexible maksudnya adalah perusahaan harus konsisten dan melihat kondisi.
• Own, dominate, protect
Own, dominate, protect maksudnya adalah dalam komunikasi perusahaan harus memiliki satu atau beberapa kata ampuh di benak pelanggan
• User their language
User their language maksudnya adalah dalam mengkomunikasikan positioning perusahaan harus menggunakan bahasa pelanggan.


C. Diferensiasi
Kotler, Kartajaya, Huan dan Liu, 2003, menyatakan “diferensiasi merupakan tindakan merancang seperangkat perbedaan yang bermakna dalam tawaran perusahaan. Tawaran tersebut harus dipersepsikan oleh konsumen sebagai hal yang berbeda, namun harus benar-benar berbeda dalam hal content, context dan infrastrukturnya.”

Content adalah dimensi diferensiasi yang menunjukkan value yang ditawarkan kepada pelanggan. sedankan Contex merupakan dimensi yang menunjuk cara perusahaan menawarkan produk. Ini berhubungan dengan usaha-usaha perusahaan untuk membantu konsumen mempersepsikan tawaran perusahaan dengan cara berbeda dari tawaran pesaing. Dimensi terakhir menunjuk pada infrastruktur seperti teknologi, SDM dan fasilitas yang digunakan untuk menciptakan diferensiasi content dan context.

- Proses diferensiasi dapat dilakukan dalam tiga tahap (Kotler, 2000):
pertama dengan menemukan model nilai konsumen. Perusahaan harus membuat semua daftar produk dan jasa yang mempengaruhi persepsi konsumen yang menjadi target market terhadap value. Kedua dengan membangun hirarki nilai pelanggan, perusahaan harus menyusun setiap faktor kedalam satu kelompok dari empat kelompok yaitu: Basic (dasar), expected (harapan), desired (keinginan) dan unanticipated (kejutan). Yang ketiga adalah menemukan sepaket nilai konsumen. Perusahaan harus memilih kombinasi antara faktor yang intangible dan tangible untuk membedakan dengan pesaing dan menciptakan konsumen yang loyal.

Alat Diferensiasi
Perusahaan dapat melakukan diferensiasi pada lima dimensi (Kotler, 2003) yaitu: produk, services, personel, chanel dan image

1. Diferensiasi Produk
Diferensiasi produk adalah kegiatan memodifikasi produk agar menjadi lebih menarik. Diferensiasi ini memerlukan penelitian pasar yang cukup serius karena agar bisa benar-benar berbeda, diperlukan pengetahuan tentang produk pesaing. Diferensiasi produk ini biasanya hanya mengubah sedikit karakter produk, antara lain kemasan dan tema promosi tanpa mengubah spesifikasi fisik produk, meskipun itu diperbolehkan.

Diferensiasi produk dapat dilakukan pada form (bentuk) seperti ukuran, bentuk dan bentuk fisik lainnya dari produk, features (corak) dengan memvariasikan fungsi dasar produk, performance (kinerja), durability (daya tahan), reliability (kehandalan), style (Mode) dan design (Disain).
2. Diferensiasi Jasa
Menurut Kotler (2003) ketika produk tidak mudah untuk di diferensiasi maka perusahaan perlu menambah nilai pelayanan serta meningkatkan kualitasnya. Kreativitas yang tinggi mengharmonisasikan unsur-unsur marketing mix : product, place, price, promotion, people, packaging, programming patnership sehingga kualitas jasa yang dirasakan oleh konsumen melebihi harapan.
Menurut Tjiptono dalam Sukawati, 2003, cara lain untuk melakukan diferensiasi adalah secara konsisten memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik daripada para pesaing. Hal ini dapat dicapai dengan memenuhi atau bahkan melampaui kualitas jasa yang diharapkan para pelanggan. Kualitas jasa sendiri dipengaruhi oleh dua variabel, yaitu jasa yang dirasakan (perceived service) dan jasa yang diharapkan (expexted service). Bila jasa yang dirasakan lebih kecil daripada yang diharapkan, maka para pelanggan menjadi tidak tertarik lagi pada penyedia jasa yang bersangkutan. Bila yang terjadi adalah sebaliknya (perceived expexted), maka ada kemungkinan para pelanggan akan menggunakan penyedia jasa itu lagi.

3. Diferensiasi Personal
Diferensiasi personal adalah diferensiasi lewat keunggulan personal. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kompetensi karyawan melalui peningkatan pengetahuan, courtesy atau keramah tamahan, sopan santun dan bersahabat, credibility yaiu dapat dipercaya dan jujur serta responsiveness yaitu cepat tanggap menghadapi pelanggan.

4. Diferensiasi Image (Citra)
Menurut Zyman, S, 2000 dalam Sukawati, 2003 citra identik dengan atribut adalah sebuah karakteristik, yang khusus atau pembeda dari penampilan seseorang atau benda. Diferensiasi citra adalah bauran yang tepat dari elemen pencitraan, yang menciptakan citra sebuah merek. Proses pencitraan harus membangun, memaksimalkan, memanfaatkan, dan mengekploitasikan kekuatan dan kelemahan setiap elemen citra untuk memastikan bahwa merek itu memiliki prospek yang baik secara terus- menerus.

Jumat, 12 November 2010

tugas perilaku konsumen

Perilaku dan Loyalitas Konsumen

A. Perilaku Konsumen
Tujuan kegiatan pemasaran pada umumnya adalah untuk mempengaruhi perilaku konsumen agar bersedia membeli barang dan jasa perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan. Hal ini sangat penting bagi manajer Perusahaan pemasaran untuk mengetahui cara pengembangan produk, penetuan harga, menetukan tempat dan lokasi, kegiatan pelayanan dan mempromosikan produknya dengan baik.

Menurut Engel, et. all., (1994: 3) perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk, termasuk proses kebutuhan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Sedangkan definisi lain mengenai perilaku konsumen juga dikemukakan oleh William (Winardi, 1991: 14) sebagai aktifitas yang melibatkan orang-orang sewaktu menyeleksi, membeli dan menggunakan produk-produk dan jasa-jasa, sedemikian rupa hingga hal tersebut memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan mereka.

Kemudian definisi lainnya mengenai perilaku konsumen dikemukakan juga oleh Winardi (1991: 49) sebagai perilaku yang ditunjukan oleh orang-orang dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan barang ekonomi dan jasa-jasa.

Dari beberapa definisi perilaku konsumen di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan segala bentuk aktivitas orang-orang maupun konsumen untuk mendapatkan, menghabiskan, mengkonsumsi barang-barang ekonomi dan jasa.

Definisi lain dari perilaku konsumen menurut Swastha (Irawan, 2001: 8) adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan.

Sedangkan menurut Kotler (1997: 152) menyatakan bahwa perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok dalam organisasi, memilih, membeli, dan memakai barang dan jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hasrat mereka.

Dari kedua pendapat para ahli tersebut mengandung makna yang sama yaitu dapat diartikan bahwa tindakan atau keputusan konsumen sebagai individu atau kelompok untuk menetukan pilihannya atas penggunaan atau pembelian. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam memilih, membeli dan memakai barang dan jasa-jasa, semata-mata untuk memuaskan kebutuhannya.

Bila membandingkan pendapat para ahli tentang definisi perilaku konsumen dapat diketahui bahwa pemahaman tentang perilaku konsumen bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi cukup sulit dan kompleks khususnya disebabkan oleh banyaknya variabel yang mempengaruhi dan variabel-variabel tersebut cenderung saling berinteraksi. Meskipun demikian bila hal tersebut dapat dilakukan maka perusahaan yang bersangkutan akan meraih keuntungan yang jauh lebih maksimal dari pada pesaingnya, karena dengan dipahaminya perusahaan dapat memberikan kepuasan secara lebih baik kepada konsumen.

B. Loyalitas Konsumen

Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan. Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen dibentuk melalui beberapa tahapan, dimulai dari mencari calon konsumen potensial sampai dengan pembentukan advocate customer yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Sebelum membahas lebih jauh mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk membentuk loyalitas, perlu diketahui definisi dari loyalitas di bawah ini.

Menurut Griffin (2003: 4) loyalty is defined as non random purchase expressed over time by some decisions making unit. Dari kalimat ini terlihat loyalitas lebih ditujukan kepada suatu perilaku yang ditujukan dengan pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan. Selanjutnya Griffin (2003: 13) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain:
a. Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik konsumen baru lebih mahal)
b. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan dan lain-lain)
c. Mengurangi biaya turn over konsumen (karena pergantian konsumen lebih sedikit)
d. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan.
e. Word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa konsumen yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
f. Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian, dll).

Pelanggan yang loyal merupakan asset tak ternilai bagi perusahaan. Karakteristik dari pelanggan yang loyal menurut Griffin (1995: 31) antara lain, melakukan pembelian secara teratur, membeli di luar lini produk/jasa, menolak perusahaan lain, menunjukkan kekebalan dari tarikan persaingan (tidak mudah terpengaruh oleh tarikan persaingan produk sejenis lainnya).

Untuk dapat menjadi pelanggan yang loyal, seorang pelanggan harus melalui beberapa tahapan. Proses ini berlangsung lama dengan penekanan dan perhatian yang berbeda untuk masing-masing tahap karena setiap tahap mempunyai kebutuhan yang berbeda. Dengan memperhatikan masing-masing tahapan dan memenuhi kebutuhan dalam setiap tahap tersebut, perusahaan memiliki peluang yang lebih besar untuk membentuk calon pembeli menjadi pelanggan loyal dan klien perusahaan.

Menurut Tjiptono (2000: 24) loyalitas pelanggan adalah:
“Suatu hubungan antara perusahaan dan pelanggan di mana terciptanya suatu kepuasan sehingga memberikan dasar yang baik untuk melakukan suatu pembelian kembali terhadap barang yang sama dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut”.

Sedangkan Shet et al, (Tjiptono 2001: 110) mengatakan bahwa loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek atau pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.

Dapat dikatan loyalitas merupakan kombinasi dari fungsi psikologis dan perilaku seorang konsumen yang membuatnya setia pada produk atau jasa tertentu yang dijual oleh sebuah perusahaan atau merupakan cakrawala pemikiran bahwa kesetian pelanggan merupakan hasil dari perilaku dan proses psikologis seseorang dan pada hakekatnya loyalitas pelanggan dapat diibaratkan perkawinan antara perusahaan dan publik (terutama pelanggan inti). Dapat pula dikatakan bahwa loyalitas (customer loyalty) sebagai suatu komitmen untuk bertahan secara mendalam dengan melakukan pembelian ulang atau berlangganan kembali dengan produk atau jasa yang terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang,meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.

Karena itu dapat dikatakan bahwa loyal mempunyai fanatisme yang relatif permanen dalam jangka panjang terhadap suatu barang/jasa pada perusahaan yang menjadi pilihannya, tidak ingin beralih pada barang /jasa yang lain, bahkan ikut mempengaruhi pihak lain untuk ikut menggunakan barang/jasa tersebut.

Kamis, 11 November 2010

tugas perilaku konsumen

PEMBELAJARAN KONSUMEN, KEBIASAAN
DAN LOYALITAS MEREK
1. Pembelajaran Konsumen
Assael (1992) mendefinisikan pembelajaran konsumen sebagai suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya.
Terdapat dua aliran pemikiran atas proses pembelajaran konsumen . pertama, aliran behaviorist yang memandang perubahan respon konsumen merupakan hasil dari pemaparan rangsangan (stimuli exposure). Dua tipe yang termasuk di dalamnya adalah classical conditioning dan instrumental conditioning.
Kedua, aliran kognitif, yang memandang pembelajaran sebagai penyelesaian masalah. Fokus perhatiannya adalah perubahan dalam psikological set konsumen (persepsi, sikap, gaya hidup, dan lain-lain) sebagai hasil dari pembelajaran.
2. Classical Conditioning
Memandang bahwa perilaku merupakan hasil dari asosiasi yang dekat antara perangsang utama (primary stimulus) dengan perangsang kedua (secondary stimulus). Misalnya dalam sebuah iklandipaparkan mengenai ciri-ciri orang sukses (prymary stimulus) dan merek rokok Ardath (secondary stimulus). Pada classical conditioning diharapkan bahwa perokok Ardath mengasosiasikan dirinya sebagai orang sukses.
Persyaratan menggunakan classical conditioning:
a. Seharusnya tidak ada stimuli lain yang dapat membayangi unconditioned stimuli (prymary stimuli). Contoh iklan kosmetik yang menampilkan beberapa artis yang mempunyai citra yang berbeda.
b. Perangsang utama seharusnya sebelumnya tidak diasosiasikan dengan merek produk lain.
c. Primary stimulus seharusnya tidak terlalu familiar bagi masyarakat.
d. Classical conditioning akan lebih efektif jika stimulus utamanya adalah sesuatu yang baru.

3. Instrumental Conditioning
instrumental conditioning memandang bahwa perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen (perilaku pembelian) dan penilaian konsumen terhadap derajat kepuasan yang diperoleh dari tindakan. Kepuasan yang dialami oleh konsumen akan menyebabkan pengauatan dan akan meningkatkan kemungkinan pembelian kembali (repurchasing). Dalam instrumental conditioning juga diperlukan adanya hubungan antara rangsangan dan tanggapan (stimulus dan respons). Individu akan mementukan tanggapan kepada stimulus yang memberikan kepuasan paling tinggi.
4. Penguatan (Reinforcement)
konsumen berperilaku yang sama seperti sebelumnya, karena sebelumnya dia mendapat respon yang positif atas`tindakannya. Penguatan bisa diindikasikan dengan pembelian yang berulangkali. Penguatan terjadi ketika konsumen memperoleh respon yang positif
atas tindakannya di masa lalu.i memberikan kepuasan yang diinginkan. Misalnya seseorang sakit perut mengkonsumsi obat introstop, sembuh. Ketika ia sakit perut ia akan mengkonsumsi introstop lagi berdasarkan pengalaman masa lalunya.
5. Kepunahan dan Dilupakan (Extintion and Forgetting)
kepunahan terjadi ketika produk tidak lagi memberikan kepuasan yang diinginkan. Hilangnya kepuasan bisa karena kualitas suatu produk lain yang dirasakan mempunyai kualitas yang lebih baik.
Dilupakan berbeda dengan kepunahan. Forgetting terjadi ketika stimulus tidak lagi diketahui dan dirasakan oleh konsumen. Suatu produk akan dilupakan oleh konsumen jika pemasar tidak mengulang-ulang informasi produknya melalui iklan.
6. Penerapan Instrumental Conditioning pada Strategi Pemasaran
implikasi dari instrumental conditioning bisa digunakan dalam menyusun strategi pemasaran sebagai berikut:
a. Produk yang ditawarkan harus berkualitas.
b. Pesan iklan yang ditawarkan hendaknya berisi manfaat-manfaat produk.
c. Jangan sekali-kali pesan iklan tidak sesuai dengan kualitas produk.

7. Pembelajaran Kognitif (Cognitive Learning)
pada perspektif kognitif, konsumen berperilaku untuk menyelesaikan berbagai masalahnya. Timbulmnya kebutuhan dan keinginan, dipandang sebagai masalah yang harus diselesaikan. Perilaku yang ditampilkan merupakan proses penyelesaian masalah.
Cognitive learning menekankan pada proses berpikir dalam pembelajaran konsumen, sementara itu classical conditioning menekankan pada hasil yang didasarkan pada asosiasi stimulus.
8. Relevansi Pengaruh Perilaku dan Cognitive Learning pada Pemasaran
Pendekatan perilaku mungkin akan sangat cocok untuk kondisi yang aktivitas kognitifnya (pengenalan masalah, pencarian informasi yang ekstensif, evaluasi alternatif, mengambil keputusan dan mengevaluais keputusan pembelian) adalah minimal. Pendekatan perilaku akan cocok untuk konsumen yang tidak begitu terlibat dalam pembelian produk. Mungkin mereka akan merasa membuang-buang waktu untuk mencari infomasi yang berhubungan dengan pembelian pasta gigi, sabun mandi, dan lain-lain.
Teori pembelajaran kognitif lebih relevan untuk produk yang penting dan memerlukan keterlibatan tinggi.
9. Kebiasaan (Habit)
Kebiasaan adalah perilaku yang berulangkali dilakukan. Pada perilaku konsumen, kebiasaan didefinisikan sebagai perilaku pembelian yang berulang yang tanpa disertai pencarian informasi yang lebih banyak dan tanpa mengevaluasi pilihan dari alternatif yang tersedia. Atau kebiasaan adalah perilaku pembelian berulang yang tanpa disertai loyalitas.
Ada beberapa hal yang menyebabkan perilaku pembelian habitual menjadi rusak,
1. Jika perusahaan melakukan reformulasi produk dan merek produk yang telah lama ada.
2. terdapat merek produk baru di pasar yang mampu menawarkan sesuatu yang lebih dari merek lama.
3. Konsumen mungkin mencapai kejenuhan dalam mengkonsumsi mrek produk yang biasa dibeli.
4. konsumen mengubah perilaku pembelian habitualnya ketika merek produk yang diinginkanya tidak tersedia di toko.

10. Fungsi Kebiasaan
Pertama adalah mengurangi risiko dan kedua, memudahkan dalam pengambilan keputusan pembelian.
11. Implikasi Strategis dari Perilaku Habitual.
a. Distribusi produk
pemasar harus selalu menyediakan produk di tempat-tempat penjualan, agar konsumen tidak lari ke merek lain.
b. Kategori produk
produk-produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan biasanya adalah barang-barang konsumsi yang cepat habis dan mempunyai risiko yang kecil.
c. Iklan dan promosi di dalam toko.
Iklan untuk produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan seharusnya ditampilkan seseing mungkin untuk mengingatkan konsumen. Tata letak produk di atas`rak toko perlu diperhatikan agar mudah dilihat oleh pengunjung toko, sebab kadang-kadang konsumen tidak merencanakan terlebih dahulu pembeliannya.
d. Penetapan harga
produk yang dibeli berdasarkan kebiasaan biasanya konsumen mempunyai loyalitas semu. Konsumen akan sangat mudah dipengaruhi oleh kebijakan penetapan harga.
12. Mengubah Perilaku Habitual
a. Menampilkan feature baru.
b. menggunakan contoh gratis, potongan harga.
c. Menawarkan manfaat baru.
13. Loyalitas Konsumen
loyalitas konsumen dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu loyalitas merek dan loyalitas toko.
Loyalitas merek bisa didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu sepanjang waktu.
Terdapat dua pendekatan dalam mempelajari loyalitas merek. Pertama pendekatan instrumental conditioning, yang memandang bahwa pembelian yang konsisten sepanjang waktu adalah menunjukkan loyalitas merek.
Pendekatan kedua yaitu didasarkan pada teori kognitif. Perilaku itu sendiri tidak merefleksikan loyalitas merek. Loyalitas menyatakan komitmen terhadap merek yang mungkin tidak hanya direfleksikan oleh perilaku pembelian yang terus menerus.
Assael (1992) mengemukakan empat hal yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut:
1. konsumen yang loyal terhadap merek cenderung lebih percaya diri pada pilihannya.
2. konsumen yang lebih loyal mungkin merasakan tingkat risiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.
3. konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko.
4. kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek.
Sementara store loyalty perilaku konsistennya adalah dalam mengunjungi toko tempat konsumen bisa membeli produk yang diinginkan. Jika dalam loyalitas merek mereka loyal karena mereknya, dalam laoyalitas toko mereka loyal karena kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola dan karyawan toko.

tugas perilaku konsumen

2. MODEL PERILAKU KONSUMEN

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelianUntuk barang berharga jual rendah (low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.
Aplikasi
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli Kedua, perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide dengan lebih cepat dan efektif.
Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial serta dari ilmu sosiologiPendekatan ini bertujuan mengembangkan teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen. Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan perilaku konsumen.
Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Afeksi dan kognisi


Tipe respons afektif
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling mempengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernafasan, keluarnya air mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
1.Pengenalan masalah (problem recognition) Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
2.Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi.Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal)
3.Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
4.Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan
5.Evaluasi pasca pembelian (post-purchase evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan pembelian:
1.Motivasi (motivation) merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai tujuan tertentu.
2.Persepsi (perception) merupakan hasil pemaknaan seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya berdasarkan informasi dan pengalamannya terhadap rangsangan tersebut.
3.Pembentukan sikap (attitude formation) merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4.Integrasi (integration) merupakan kesatuan antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk tersebut.
5.Pembelajaran (learning) merupakan proses belajar yang dilakukan seseorang setelah membeli produk tersebut dengan melihat apakah produk tersebut memiliki kegunaan dan akan dijadikan sebagai alternatif dalam pembelian selanjutnya
Sumber : www.wikipedia.com

tugas perilaku konsumen


Nama : Shinta Lestari

Npm : 11208161

Tugas ; softkill

1. TIPE KONSUMEN

Tiga Tipe Konsumen Menurut Loyalitasnya

ada 3 tipe customer menurut loyalitasnya :
1. Advocate (loyalitas tinggi)
  1. Advocate tercipta ketika perusahaan mampu memberikan pelayanan yang melebihi harapan konsumen dan menciptakan pengalaman yang berkesan bagi mereka.
  2. Advocate meruapakan konsumen yang sangat loyal pada suatu merek atau produk dan akan menolak berpindah ke pesaing kita walaupun mendapat penawaran yang menggiurkan.
  3. Adcocate bersedia menanggung ketidaknyamanan dalam membeli produk dan jasa kita di tengah persaingan yang tinggi,bahkan dalam harga yang lebih mahal sekalipun.
  4. Advocate memberi pengaruh kepada orang lain. Mereka akan menceritakan tentang perusahaan kita kepada siapapun. Mereka merupakan pemasar handal (dan yang terpenting GRATIS haha) bagi perusahaan.
2. Apathetic (konsumen yang hanya sekadar puas
  1. Konsumen akan menjadi apathetic bila kita kita hanya memenuhi harapan dasar mereka. Inilah mengapa seringkali kepuasan didefinisikan sebagai ketiadaan masalah.
  2. Meskipun cenderung loya, tipe ini tidak bersedia menerima ketidaknyamanan ,berusaha extra untuk mendapatkan produk dan membayar harga premium untuk produk kita.
  3. Apahtetic juga mudah untuk berpindah ke pesaing apabila mendapat tawaran yang sedikit lebih “wah” dari pesaing kita.
  4. Apathetic akan menutup mulutnya dan cenderung tidak bercicara mengalami pengalaman konsumsinya, baik ataupun buruk.








3. Assasin ( Virus negatif )
  1. Assasin merupakan konsumen yang tidak puas akan pelayanan kita atau bahkan mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan/ mengecewakan.
  2. Assasin akan tercipta ketika kita gagal memenuhi harapan dasar yang ditetapkan konsumen dalam sebuah industri- atau gagal memecahkan masalah ketika ia terjadi
  3. Assasin aktif mencari alternatif lain dan akan beralih meski mereka harus membayar lebih  atau menanggung kesulitan dalam proses peralihan menuju pesaing kita.
  4. Assasin bersikap vokal dan akan berusaha merusak merek produk kita dengan membujuk orang lain untuk tidak berbisnis dengan kita.
Sekarang kita telah mengetahui 3 tipe konsumen. Kita harus berani menyadari kenyataan bahwa dalam pasar kita, seberapa besarkah jumlah advocate perusahaan kita? Bila kecil, maka sudah saatnya kita meningkatkan kualitas pelayanan. Dan berapa besarkah jumlah Assasin dalam pasar kita? Bila besar jumlahnya, sudah saatnya kita melakukan perubahan! Karena 1 Assasin mampu mengalahkan 2 Advocate. Dan jangan lupa menaikan level Aphatetic kita ke Advocate.